Skip to main content

Through ‘The Sun’ Eyes


Aku sedang tidak bersemangat hari ini.
Aku tidak ingin membagi kehangatan dengan siapapun.
Dan awan pun seolah mengerti isi hatiku.
Dia menutup seluruh langit dan meneteskan hujan ke bumi.
Dingin.
Orang-orang akan mengeluh seperti itu.
Tapi anak itu tetap tersenyum.
Dengan jaket tebal yang dia gunakan aku yakin dia sangat kedinginan.
Sesekali dia mengusap-usap kedua tangannya dan meniupnya.
Mungkin agar dia merasa lebih hangat.
Dia melangkahkan kalinya menerobos hujan dengan perlindungan payung kecilnya.
Itu akan tetap membuatnya basah.
Tapi dia tidak peduli.
Bahkan sesekali dia julurkan tangannya untuk merasakan tetesan air yang terjatuh.
Hujan mulai berhenti.
Dia akan mendongakkan wajahnya untuk melihat langit.
Mungkin dia berharap ada jembatan tujuh warna melengkung di ujung langit.
Tapi dia takkan mendapatinya.
Karena awan masih tak mau bergerak dan memberikan celah pada cahaya untuk menerobos ke bumi.
Dan makhluk yang bernama matahari ini rupanya memang masih enggan membiaskan warna.
Ya, malam pun menjelang.
Tanpa matahari di sepanjang hari ini.
Dan bulan pun enggan menghiasi langit malam.
Mungkin karena dia tak cukup mendapat sinar yang dapat dia pantulkan di malam ini. Tak apa, anak itu tetap tersenyum.

Entah apa yang terjadi pada matahari keras kepala ini.
Dalam beberapa hari ini tetap saja enggan membagi kehangatannya.
Lebih banyak orang mengeluh dan merasa dingin.
Anak itu sepertinya demam karena hujan yang terus-terusan membanjiri bumi.
Tapi dia tetap masih tersenyum.
Membuatku merasa bersalah karena tak juga bersemangat.
Baiklah aku akan berusaha.

Dengan semangat yang aku paksakan, aku berniat memberi senyum terbaikku hari ini.
Aku akan berbagi kehangatan dengan semua orang di bumi ini.
Terlebih untuk anak itu yang masih tetap berusaha tersenyum meski keadaannya belum juga membaik.
Kuharap aku memberi kehangatan yang cukup untuknya.
Dia menyipitkan matanya untuk melihat makhluk menyilaukan yang mulai menampakkan diri di tingginya langit.
Lagi-lagi dia tersenyum.
Dia belum tampak sehat, mungkin sinar hari ini belum cukup untuk menghangatkannya.
Tapi maaf, aku tidak bisa membagi kehangatan lebih dari ini.
Karena orang-orang sudah mulai mengeluh kepanasan.
Aku akan membuat mereka menjadi keripik panggang jika aku melakukannya.
Tapi aku berjanji akan tetap bersinar sepanjang hari ini... 

Comments

Popular posts from this blog

Setitik Asa yang Tertinggal

Impian.  Setiap orang berhak mempunyai mimpi. Bahkan sebagian orang menganggap itu kewajiban. Karena impian itulah yang menjadi alasan untuk bertahan hidup. Alasan untuk tetap berjuang dalam keadaan tersulit sekalipun. Tak jarang orang mengorbankan segalanya demi mewujudkan mimpi itu.  Tapi jalan tak selalu mulus. Pendirian tak melulu teguh. Badai yang datang kadang membuat keyakinan runtuh. Putus asa dan menyerah. Karena manusia hanyalah makhluk lemah. Walau mencoba sekuat apapun, rasanya hanya ingin menyerah. Seperti aku di kala itu. Aku menyerah. Kubuang mimpiku yang telah sejak lama kudamba. Walau tak serta merta jatuh, aku tak ingin tau lagi tentang keinginan itu. Aku hanya ingin bahagia saat ini.  Kutantang dunia dengan keangkuhanku. Aku tertawa, menjelajah waktu seperti waktu-waktu yang lalu. Seolah aku memang benar-benar aku. Hariku tetap indah, penuh canda dan tawa. Tapi kusadari ada sudut hatiku yang hampa. Saat kusembunyikan malam-malam senduku, tangisk

GARWA -siGARaning nyaWA-

Sayang, ada banyak kecemasan yang aku rasa ketakutan dan keraguan melangkah tapi bersamamu, aku tak merasa resah karena kamulah yang aku tuju di sisimu adalah impianku semua hal tentangmu adalah hidupku jadikan aku wanitamu separuh dari jiwamu belahan hati dalam hidupmu melengkapi separuh din-mu ...

Monster

"anata wa ... Monsuta desu ka" Pada suatu hari sebuah UFO yang dikendarai monster luar angkasa mendarat di bumi. Pesawat mereka rusak sehingga mereka tidak bisa kembali ke planet mereka. Teknologi yang ada di bumi juga tak bisa memperbaiki pesawat mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk tinggal di bumi. Para monster senang bertemu dengan manusia tapi manusia malah ketakutan dan berkata sambil gemetar,"Apa kalian monster?" Para monster tidak ingin membuat manusia takut karena itu mereka memutuskan untuk menjadi seperti manusia. Tidak hanya sikap dan perilaku, para monster juga berevolusi dan memiliki wujud seperti manusia. Dan merekapun bisa hidup berdampingan dengan damai bersama manusia. Hingga suatu hari manusia mengadakan perang dengan monster. Monster yang tidak menginginkan pertumpahan darah kemudian mengungsi ke hutan dan membuat pemukiman sendiri jauh dari manusia. Mereka hidup di sana dengan aman dan damai sampai beberapa generasi. Tapi semua ber